Monday 28 January 2013

Best Practice Pendampingan Revisi Kurikulum Sekolah Binaan


PENDAMPINGAN KLINIK  DAN BRAIN STORMING  ANTAR TIM PENGEMBANG  SEKOLAH PADA SEKOLAH BINAAN  DALAM MEREVISI  KURIKULUM SEKOLAH T. P. 2012/2013
(best practice pengawas sekolah)
















Oleh: MUHAMMAD MUNAWAR, M.Pd.






DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN TANGGAMUS
Jl. Ahmad Yani, nomor 7 Kotaagung Timur


ABSTRAK
PENDAMPINGAN KLINIK  DAN BRAIN STORMING  ANTAR TIM PENGEMBANG  SEKOLAH PADA SEKOLAH BINAAN  DALAM MEREVISI  KURIKULUM SEKOLAH T. P. 2012/2013
Oleh: M.Munawar
Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum merupakan arah jalan (road map) sebuah sekolah dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Arah jalan ini akan mudah dilakukan jika arah jalan tersebut sesuai dengan konteks dan karakter sekolah  dan daerah di mana sekolah itu berada.

Namun, dalam realitasnya banyak kurikulum sekolah yang tidak dapat dijadikan patokan dan tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini disebabkan kurikulum sekolah tidak sesuai dengan konteks dan karakter sekolah serta daerah di mana sekolah itu berada. Masalah ini terjadi karena beberapa  tim pengembang sekolah belum mampu membuat kurikulum (dokumen 1) sekolah sesuai dengan ketentuan dan karakter khas sekolah.

Berdasarkan hal-hal tersebut maka peneliti memcoba memanfaatkan kemampuan tim pengembang sekolah tertentu untuk bertukar pengalaman dengan tim pengembang sekolah lain dalam bentuk Brains Storming.  Namun sebelum kegiatan brains storming dilakukan terlebih dahulu dilakukan pendampingan Klinik

Bentuk pendampingan berbasis klinik dan  brains Storming ini menjadi pilihan disebabkan beberapa hal: (1) Para Tim pengembang sekolah adalah manusia dewasa maka model pelatihannya pun harus menggunakan model pelatihan orang dewasa; (2) Situasi Brain Storming adalah situasi informal, sehingga suasananya lebih cair; (3) dan Brains Storming terjadi dari peserta, oleh peserta dan untuk peserta, sehingga tidak ada sekat psyikologis di antara peserta, maka jika ada peserta yang belum jelas mereka tak malu dan tak sungkan untuk bertanya.

Model pendampingan Klinis dan Brain Storming  ini ternyata mampu meningkatkan kemampuan tim pengembang sekolah dalam mengembangkan kurikulum sekolah. Dengan demikian, kurikulum sekolah sebagai arah jalan atau road map sebuah sekolah dapat dijalankan dengan baik, karena kurikulum tersebut sesuai dengan konteks dan karakter sekolah dan daerah di mana sekolah itu berada.







A.   PENDAHULUAN
                                                                        
1.    Latar Belakang

Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian  dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.

Pengembangan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan, tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut, yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam mengembangkan kurikulum.

Kurikulum merupakan arah jalan road map sebuah sekolah dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Arah jalan ini akan mudah dilakukan jika arah jalan tersebut sesuai dengan konteks dan karakter sekolah  dan daerah di mana sekolah itu berada.

Namun dalam realitasnya banyak kurikulum sekolah yang tidak dapat dijadikan patokan dan tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini disebabkan kurikulum sekolah tidak sesuai dengan konteks dan ciri sekolah serta daerah di mana sekolah itu berada. Masalah ini terjadi karena beberapa  tim pengembang sekolah belum mampu membuat kurikulum sekolah sesuai dengan ketentuan dan karakter khas sekolah. Hal ini terbukti dari fenomena sebagai berikut:
a.    Lemahnya Kemampuan TPS dalam Mengembangkan Kurikulum Sekolah
b.    Kurikulum Sekolah Hasil Copy Paste Kurikulum Sekolah Lain
c.    Kurikulum Sekolah Tidak Melewati Analisis Swot
d.   Kurikulum Sekolah Tidak Sesuai dengan Karakter dan Konteks Sekolah
e.    Kurikulum sekolah tidak aplicatable
f.     Kurikulum sekolah belum tersosialisasikan ke semua warga sekolah dan unsur terkait lainnya.

Berdasarkan hal-hal tersebut maka peneliti memcoba memanfaatkan kemampuan tim pengembang sekolahtertentu untuk membimbing tim pengembang sekolahlain dalam bentuk brains Storming.  Namun sebelum kegiatan brains storming dilakukan terlebih dahulu dilakukan pendampingan klinik. Hal ini dimaksudkan agar perlakuan yag diberikan sesuai dengan kebutuhan.

Bentuk perlakuan  Brains Storming ini menjadi pilihan disebabkan beberapa hal: (1) Para Tim pengembang sekolahadalah manusia dewasa maka model pelatihannya pun harus menggunakan model pelatihan orang dewasa; (2) Situasi Brain Storming adalah situasi informal, sehingga suasananya lebih cair; (3) dan Brains Storming terjadi dari peserta, oleh peserta dan untuk peserta, sehingga tidak ada sekat psyikologis di antara peserta, maka jika ada peserta yang belum jelas mereka tak malu dan tak sungkan untuk bertanya.
Sedang pemilihan pendampingan yang berbasis klinik dimaksudkan agar perlakuan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan peserta.

2.    Rumusan Masalah

a.    Apakah dengan melalui pendampingan klinik dan brains storming mampu meningkatkan kemampuan tim pengembang sekolahdalam membuat kurikulum sekolah?
b.    Bagaimana Langkah-langkah pendampingan klinik dan brains storming yang mampu meningkatkan kemampuan tim pengembang sekolah dalam membuat kurikulum sekolah     
                                                  
3.    Tujuan dan Manfaat
      
a.    Untuk meningkatkan kemampuan tim pengembang sekolah dalam membuat kurikulum dengan alur yang benar;
b.    Untuk meningkatkan kemampuan tim pengembang sekolah dalam membuat kurikuluim sekolah yang sesuai dengan konteks dan karakater sekolah serta daerah;
c.    Ditemukan langkah-langkah untuk  mendampingi tim pengembang sekolah dalam membuat kurikulum sekolah;
d.   Dibuatnya kurikulum sekolah yang benar sesuai konteks dan karakter sekolah serta daerah. 

























B.            KAJIAN PUSTAKA

1.    Hakikat Kurikulum

Perkataan kurikulum mulai dikenal sebagai suatu istilah dalam bidang pendidikan sejak kurang lebih satu abad yang lalu. Istilah kurikulum muncul untuk pertama kalinyadi dalam kamus Webster tahun 1856. Pada tahun  tersebut penggunaan kurikulum dipakai dalam bidang olah raga, yakni suatu alat yang membawa seseorang dari start sampai finish. Tahun 1955 istilah kurikulum dipakai dalam bidang pendidikan dengan arti sejumlah mata pelajaran pada perguruan tinggi. Dalam kamus Webster tersebut istilah kurikulum diartikan dalam dua macam, yaitu: (1) sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajarai siswa atau mahasiswa dalam perguran tinggi agar mendapat ijasah tertertentu; (2) sejumlah mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan di suatu departemen. (Dr. Suciati dkk, 2002).

Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa kurikulum hanya dimaknai sebagai mata pelajaran yang ditawarkan  pada siswa untuk dipelajari, sehingga kegiatan pembelajaran selain mata pelajaran yang dipelajari siswa tidak disebut kurikulum, padahal sebagai mana diketahui bahwa proses pendidikan di sekolah mencakup berbagai kegiatan dalam upaya pembentukan pribadi siswa, baik yang bersifat jasmaniyah maupun ruhaniyah. Dengan demikian pengertian kurikulum dapat disebut pengertian kurikulumsecara tradisional.

Selanjutnya Menurut Tyler (1991) ada empat pertanyaan yang harus dijawab dalam proses pengembangan kurikulum dan pembelajaran. Keempat pertanyaan tersebut adalah:
1)   Apa tujuan yang ingin dicapai?
2)   Pengalaman belajar apa untuk mencapai tujuan/
3)   Bagaimana pengalaman belajar itu diorganisasikan secara efektif?
4)   Bagaimana menentukan keberhasilan?

Dari pendapat Tyler di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran tidak hanya terbatas hanya pada psoses belajar terhadap bahan tertentu saja, melainkan juga semua  hal yang dapat membuat tujuan-tujuan tercapai. Oleh karena itu, kurikulum minimal memuat beberapa komponen, yaitu (1) komponen tujuan, (2) komponen isi dan bahan, (3) komponen cara atau metode, (4) komponen evaluasi.

Selanjutnya Badan Standar Nasional Pendidikan, mendefiniskan kurikulum adalah Kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kurikulum merupakan arah jalan road map sebuah sekolah dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Arah jalan ini akan mudah dilakukan jika arah jalan tersebut sesuai dengan konteks dan karakter sekolah  dan daerah di mana sekolah itu berada.

2.    Hakikat Pendampingan Klinis

Banyak cara yang dilakukan pengawas dalam melakukan pendampingan, salah satunya adalah pendampingan klinik. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua (1991) klinik adalah (1) bagian dari rumah sakit atau lembaga kesehatan tempat sesorang berobat atau memperoleh advice medis serta tempat mahasiswa kedokteran mengadakan pengamatan terhadap kasus-kasus penyakit kusus yang diderita pasien; (2) Balai pengobatan khusus; (3) Organisasi kesehtan yang bergerak di bidang penyediaan pelayanan kesehatan curatif (diagnosis dan penegobatan)

Dari arti kamus di atas dapat dikatakan bahwa klinik adalah istilah bidang rumah sakit dan kedokteran tempat seseorang untuk memperoleh pengobatan dan saran-saran agar lebih cepat sembuh dari penyakitnya. Di samping itu, klinik juga berarti kegiatan pelayanan pencegahan, dan pengobatan berdasarkan langkah diagnosis.
Istilah Klinik kalau diadopsi dalam bidang pendidikan khususnya kegiatan pendampingan terhadap tim pengembang sekolah,  Klinik berarti kegiatan untuk mengobati penyakit (ketidakmampuan) tim pengembang sekolah dalam mengerjakan sesuatu berdasarkan hasil diagnosis ( analisis) jenis penyakit (ketidakmampuan) tim pengembang sekolahtersebut. Dengan demikian diharapkan jenis perlakuan yang diberikan sesuai dengan jenis ketidakmampuannya.

3.    Hakikat Brains Storming

Padanan istilah  Bahasa Indonesia untuk istilah brains storming kurang lebih adalah curah pendapat, tukar pikiran, atau curah gagasan. Dengan demikian dapat dikatakan bahwa brain storming adalah curah pendapat dan tukar pikiran tentang sesuatu untuk mendapatkan sebuah solusi.

Peserta dalam kegiatan brain storming adalah sejajar tidak ada pihak yang merasa tinggi sehingga merasa bangga hati dan tidak ada yang merasa rendah sehingga minder. Mereka manyadari dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Mereka akan saling menutupi kelemahan dan melengkapi kelebihan masing-masing yang kemudian berujung pada peningkatan kempauan mereka.
Suasana dalam kegiatan brain storming adalah suasana informal, santai, dan nyaman. Tidak sekat psikologis antar peserta, sehingga ketika ada peserta belum memahamai tentang suatu hal mereka dengan tanpa ragu dan canggung untuk bertanya, demikian sebaliknnya peserta yang mengerti akan dengan senang hati untuk berbagi tentang kemampuannya.













                                        
C.           PEMBAHASAN MASALAH
                                                                                                                       
1.    Hasil Kegiatan Sebelumnya

Berdasarkan temuan dan analisis hasil supervisi penulis terkait dengan kurikulum sekolah didapatkan data bahwa:
a.         Kurikulum sekolah hasil Copy Paste kurikulum sekolah Lain;
b.        Kurikulum sekolah tidak melewati analisis Swot;
c.         Kurikulum sekolah Ttdak sesuai dengan karakter dan konteks sekolah dan daerah;
d.        Kemampuan TPS dalam mengembangkan kurikulum sekolah masih lemah

Setelah di analisis di asumsikan bahwa selama ini tim pengembang sekolah belum pernah dibimbing dan didampingi dalam membuat kurikulum sekolah, adaikata ada pendampingan para pengawas hanya memberi materi secara ceramah, tidak ditindaklanjuti dengan unjuk kerja. Materi Ceramahnya pun tentang pembuatan kurikulum secara umum, bukan bagian–bagian yang kurikulum yang masih menjadi masalah bagi tim pengembang sekolahd alam hal cara membuatnya.

2.    Strategi Pemecahan Masalah

a.             Alasan pemilihan strategi pemecahan masalah
Strategi pendampingan klinis dan brains strorming antartim pengembang sekolah dipilih dengan berbagai pertimbangan, yaitu:
1)        Agar  perlakuan yang diberikan sesuai kebutuhan dan tepat sasaran. Perlakuan yang berangkat melalui langkah diagnostik dan analisis kebutuhan akan lebih sepesifik sesuai kebutuhan dan akan mampu menyelesaikan permasalahan.
2)        Tim pengembang sekolah adalah komunitas orang dewasa maka bentuk pembelajaran yang dipilih adalah pembelajaran untuk orang dewasa atau andragogi. Orang dewasa pasti memliki barbagai pengalaman. Orang dewasa lebih suka pada situasi informal dan kekluargaan. Maka dengan berbagai pengalamannya yang dimiliki orang dewasa akan saling membantu dalam penyelasaian masalah. Tentu dengan  situasi informal.

b.             Deskripsi Strategi Pemecahan Masalah
Langkah pertama dalam pendampingan ini yaitu mendiagnosis untuk menindentifikasi masalah yang di alami oleh tim pengembang sekolah dalam merevisi kurikulum sekolah. Hasil identifikasi masalah didaftar dan analisis mana masalah yang mendesak untuk segera diselesaikan dan mencari penyebab masalah tersebut. Setelah penyebab masalahnya diketahui baru dicarikan perlakuan yang dimungkinkan mampu menyelesaikan masalah.
Langkah kedua mengiformasikan masalah dan penyebab masalah ke pada kepala sekolah. Kemudian tim pengembang sekolah lain melakukan curah gagasan untuk bersama mencari jalan keluar.
c.              Tahapan Operasional Pelaksanaan Siklus Satu
1)             Berkunjung ke sekolah binaan
2)             Mencermati kurikulum sekolah
3)             Diskusi dengan tim pengembang sekolahtentang kurikulum sekolah
4)             Memberi instrumen evaluasi kurikulum sekolah
5)             Bersama tim pengembang sekolahdan tim pengembang sekolah melakukan refleksi dan diagnosis dimana kelebihan dan kekurangan kurikulum sekolah yang sudah ada;
6)             Bersama tim pengembang sekolahdan tim pengembanga mencari penyebab dari kekurangan dan kelebihan kurikulum sekolah;
7)             Bersama tim pengembang sekolahdan tim pengembang mencari alternatif tindakan  untuk menutupi kekurangan dan mengembangkan kelebihan kurikulum sekolah.
8)             Bersama tim pengembang sekolahdan tim pengembang merevisi kurikulum sekolah
9)             Bersama tim pengembang sekolahdan tim pengembang merefleksi hasi revisi untuk mencari kekurangan yang ada pada kurikulum sekolah. Hasil dari refleksi direkomendasikan untuk langkah perbaikan pada revisi berikutnya.
d.             Tahapan Operasional Pelaksanaan Siklus Dua  
1)             Menukarkan hasil revisi kurikulum suatu sekolah ke sekolah berbeda tetapi serumpun dan berkarakter daerah sama untuk di koreksi oleh tim pengembang sekolahdan tim pengembang sekolahnya.
2)             Tim pengembang sekolahdan tim penegmbang kurikulum sekolah pengoreksi mengidentifikasi, menganalisis, dan memberikan rekomendasi terhadap kurikulum tersebut.
3)             Semua kepala dan tim pengembang sekolah berkumpul untuk melakukan curah pendapat ( brains Storming) terkait kurikulum sekolah.
4)             Tim pengembang sekolahdan tim pengembang sekolah merivisi kurikulum sekolah
5)             Pengawas mengevaluasi dan menvalidasi
3.             Pembahasan
Pendampingan klinis dan brains storming antar tim pengembang sekolah mampu meningkatkan kemampuan tim pengembang sekolah dalam merevisi kurikulum sekolah. Hal ini dimungkinkan  perlakuan yang diberikan sesuai kebutuhan dan tepat sasaran. Perlakuan yang berangkat melalui langkah diagnostik dan analisis kebutuhan akan lebih sepesifik sesuai kebutuhan dan akan mampu menyelesaikan permasalahan.
Tim pengembang sekolah adalah komunitas orang dewasa maka bentuk pembelajaran yang dipilih adalah pembelajaran untuk orang dewasa atau andragogi. Orang dewasa pasti memliki berbagai pengalaman. Orang dewasa lebih suka pada situasi informal dan kekluargaan. Maka dengan berbagai pengalamannya yang dimiliki orang dewasa akan saling membantu dalam penyelasaian masalah. Tentu denga  situasi informal.
D.                SIMPULAN DAN REKOMENDASI

1.    Simpulan
Pendampingan klinis dan brains storming antar tim pengembang sekolah mampu meningkatkan kemampuan tim pengembang sekolah dalam merevisi kurikulum sekolah

2.    Rekomendasi.
Pendekatan dan teknik kepengawasan klinis dan brain storming ini dapat digunakan untuk mendampingi  saat tim pengembang sekolah merevisi kurikulum sekolah agar kurikulumnya sesuai panduan BNSP dan karakter sekolah dan daerah.                                                             


No comments:

Post a Comment

bali

bali