PENDAMPINGAN
KLINIK DAN BRAIN STORMING ANTAR TIM PENGEMBANG SEKOLAH PADA SEKOLAH BINAAN DALAM MEREVISI KURIKULUM SEKOLAH T. P. 2012/2013
(best practice pengawas
sekolah)
Oleh: MUHAMMAD MUNAWAR, M.Pd.
DINAS PENDIDIKAN KABUPATEN TANGGAMUS
Jl. Ahmad Yani, nomor 7 Kotaagung Timur
ABSTRAK
PENDAMPINGAN
KLINIK DAN BRAIN STORMING ANTAR TIM PENGEMBANG SEKOLAH PADA SEKOLAH BINAAN DALAM MEREVISI KURIKULUM SEKOLAH T. P. 2012/2013
Oleh: M.Munawar
Kurikulum
adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan
pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan
pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Kurikulum
merupakan arah jalan (road map)
sebuah sekolah dalam rangka mencapai tujuan yang diinginkan. Arah jalan ini
akan mudah dilakukan jika arah jalan tersebut sesuai dengan konteks dan
karakter sekolah dan daerah di mana
sekolah itu berada.
Namun, dalam realitasnya
banyak kurikulum sekolah yang tidak dapat dijadikan patokan dan tidak dapat
dilaksanakan dengan baik. Hal ini disebabkan kurikulum sekolah tidak sesuai
dengan konteks dan karakter sekolah serta daerah di mana sekolah itu berada.
Masalah ini terjadi karena beberapa tim
pengembang sekolah belum mampu membuat kurikulum (dokumen 1) sekolah sesuai
dengan ketentuan dan karakter khas sekolah.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka peneliti memcoba
memanfaatkan kemampuan tim pengembang sekolah tertentu untuk bertukar pengalaman
dengan tim pengembang sekolah lain dalam bentuk Brains Storming. Namun
sebelum kegiatan brains storming dilakukan terlebih dahulu dilakukan
pendampingan Klinik
Bentuk pendampingan berbasis klinik dan brains Storming ini menjadi pilihan
disebabkan beberapa hal: (1) Para Tim pengembang sekolah adalah manusia dewasa
maka model pelatihannya pun harus menggunakan model pelatihan orang dewasa; (2)
Situasi Brain Storming adalah situasi
informal, sehingga suasananya lebih cair; (3) dan Brains Storming terjadi dari peserta, oleh peserta dan untuk
peserta, sehingga tidak ada sekat psyikologis
di antara peserta, maka jika ada peserta yang belum jelas mereka tak malu dan
tak sungkan untuk bertanya.
Model pendampingan Klinis dan Brain Storming ini ternyata mampu meningkatkan kemampuan tim pengembang
sekolah dalam mengembangkan kurikulum sekolah. Dengan demikian, kurikulum
sekolah sebagai arah jalan atau road map
sebuah sekolah dapat dijalankan dengan baik, karena kurikulum tersebut sesuai
dengan konteks dan karakter sekolah
dan daerah di mana sekolah itu berada.
A. PENDAHULUAN
1. Latar
Belakang
Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan
pendidikan nasional serta kesesuaian
dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidikan dan
peserta didik. Oleh sebab itu kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk
memungkinkan penyesuaian program pendidikan
dengan kebutuhan dan potensi yang ada di daerah.
Pengembangan Kurikulum
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) yang beragam mengacu pada standar nasional
pendidikan untuk menjamin pencapaian tujuan pendidikan nasional. Standar
nasional pendidikan terdiri atas standar isi, proses, kompetensi lulusan,
tenaga kependidikan, sarana dan prasarana, pengelolaan, pembiayaan dan
penilaian pendidikan. Dua dari kedelapan standar nasional pendidikan tersebut,
yaitu Standar Isi (SI) dan Standar Kompetensi Lulusan (SKL) merupakan acuan utama bagi satuan pendidikan dalam
mengembangkan kurikulum.
Kurikulum merupakan arah jalan road map sebuah sekolah dalam rangka
mencapai tujuan yang diinginkan. Arah jalan ini akan mudah dilakukan jika arah
jalan tersebut sesuai dengan konteks dan karakter sekolah dan daerah di mana sekolah itu berada.
Namun dalam realitasnya banyak kurikulum sekolah yang tidak dapat dijadikan
patokan dan tidak dapat dilaksanakan dengan baik. Hal ini disebabkan kurikulum
sekolah tidak sesuai dengan konteks dan ciri sekolah serta daerah di mana
sekolah itu berada. Masalah ini terjadi karena beberapa tim pengembang sekolah belum mampu membuat
kurikulum sekolah sesuai dengan ketentuan dan karakter khas sekolah. Hal ini
terbukti dari fenomena sebagai berikut:
a.
Lemahnya Kemampuan TPS dalam
Mengembangkan Kurikulum Sekolah
b.
Kurikulum Sekolah Hasil Copy Paste
Kurikulum Sekolah Lain
c.
Kurikulum Sekolah Tidak Melewati
Analisis Swot
d.
Kurikulum Sekolah Tidak Sesuai dengan
Karakter dan Konteks Sekolah
e.
Kurikulum sekolah tidak aplicatable
f. Kurikulum sekolah belum tersosialisasikan ke semua
warga sekolah dan unsur terkait lainnya.
Berdasarkan hal-hal tersebut maka
peneliti memcoba memanfaatkan kemampuan tim pengembang sekolahtertentu untuk
membimbing tim pengembang sekolahlain dalam bentuk brains Storming. Namun sebelum kegiatan brains storming
dilakukan terlebih dahulu dilakukan pendampingan klinik. Hal ini dimaksudkan
agar perlakuan yag diberikan sesuai dengan kebutuhan.
Bentuk perlakuan Brains Storming ini menjadi pilihan disebabkan
beberapa hal: (1) Para Tim pengembang sekolahadalah manusia dewasa maka model
pelatihannya pun harus menggunakan model pelatihan orang dewasa; (2) Situasi
Brain Storming adalah situasi informal, sehingga suasananya lebih cair; (3) dan
Brains Storming terjadi dari peserta, oleh peserta dan untuk peserta, sehingga
tidak ada sekat psyikologis di antara peserta, maka jika ada peserta yang belum
jelas mereka tak malu dan tak sungkan untuk bertanya.
Sedang pemilihan pendampingan yang
berbasis klinik dimaksudkan agar perlakuan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan
peserta.
2. Rumusan
Masalah
a.
Apakah dengan melalui pendampingan klinik dan brains storming mampu meningkatkan kemampuan tim pengembang sekolahdalam
membuat kurikulum sekolah?
b.
Bagaimana Langkah-langkah pendampingan
klinik dan brains storming yang mampu meningkatkan kemampuan tim pengembang
sekolah dalam membuat kurikulum sekolah
3. Tujuan dan Manfaat
a.
Untuk meningkatkan kemampuan tim
pengembang sekolah dalam membuat kurikulum dengan alur yang benar;
b.
Untuk meningkatkan kemampuan tim pengembang
sekolah dalam membuat kurikuluim sekolah yang sesuai dengan konteks dan
karakater sekolah serta daerah;
c.
Ditemukan langkah-langkah untuk mendampingi tim pengembang sekolah dalam
membuat kurikulum sekolah;
d.
Dibuatnya kurikulum sekolah yang benar
sesuai konteks dan karakter sekolah serta daerah.
B.
KAJIAN PUSTAKA
1. Hakikat
Kurikulum
Perkataan kurikulum mulai dikenal sebagai suatu
istilah dalam bidang pendidikan sejak kurang lebih satu abad yang lalu. Istilah
kurikulum muncul untuk pertama kalinyadi dalam kamus Webster tahun 1856. Pada
tahun tersebut penggunaan kurikulum
dipakai dalam bidang olah raga, yakni suatu alat yang membawa seseorang dari
start sampai finish. Tahun 1955 istilah kurikulum dipakai dalam bidang
pendidikan dengan arti sejumlah mata pelajaran pada perguruan tinggi. Dalam
kamus Webster tersebut istilah kurikulum diartikan dalam dua macam, yaitu: (1)
sejumlah mata pelajaran yang harus ditempuh atau dipelajarai siswa atau
mahasiswa dalam perguran tinggi agar mendapat ijasah tertertentu; (2) sejumlah
mata pelajaran yang ditawarkan oleh suatu lembaga pendidikan di suatu departemen.
(Dr. Suciati dkk, 2002).
Dari pendapat di atas dapat dikatakan bahwa
kurikulum hanya dimaknai sebagai mata pelajaran yang ditawarkan pada siswa untuk dipelajari, sehingga
kegiatan pembelajaran selain mata pelajaran yang dipelajari siswa tidak disebut
kurikulum, padahal sebagai mana diketahui bahwa proses pendidikan di sekolah
mencakup berbagai kegiatan dalam upaya pembentukan pribadi siswa, baik yang
bersifat jasmaniyah maupun ruhaniyah. Dengan demikian pengertian kurikulum
dapat disebut pengertian kurikulumsecara tradisional.
Selanjutnya Menurut Tyler (1991) ada empat
pertanyaan yang harus dijawab dalam proses pengembangan kurikulum dan
pembelajaran. Keempat pertanyaan tersebut adalah:
1)
Apa tujuan
yang ingin dicapai?
2)
Pengalaman
belajar apa untuk mencapai tujuan/
3)
Bagaimana
pengalaman belajar itu diorganisasikan secara efektif?
4)
Bagaimana
menentukan keberhasilan?
Dari pendapat Tyler
di atas dapat dikatakan bahwa pembelajaran tidak hanya terbatas hanya pada
psoses belajar terhadap bahan tertentu saja, melainkan juga semua hal yang dapat membuat tujuan-tujuan
tercapai. Oleh karena itu, kurikulum minimal memuat beberapa komponen, yaitu
(1) komponen tujuan, (2) komponen isi dan bahan, (3) komponen cara atau metode,
(4) komponen evaluasi.
Selanjutnya Badan Standar Nasional
Pendidikan, mendefiniskan kurikulum adalah Kurikulum adalah
seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran
serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran
untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Dari definisi tersebut dapat dikatakan bahwa kurikulum merupakan arah jalan road map sebuah sekolah dalam rangka
mencapai tujuan yang diinginkan. Arah jalan ini akan mudah dilakukan jika arah
jalan tersebut sesuai dengan konteks dan karakter sekolah dan daerah di mana sekolah itu berada.
2. Hakikat
Pendampingan Klinis
Banyak cara yang dilakukan pengawas dalam
melakukan pendampingan, salah satunya adalah pendampingan klinik. Menurut Kamus
Besar Bahasa Indonesia Edisi Kedua (1991) klinik adalah (1) bagian dari rumah
sakit atau lembaga kesehatan tempat sesorang berobat atau memperoleh advice medis serta tempat mahasiswa
kedokteran mengadakan pengamatan terhadap kasus-kasus penyakit kusus yang
diderita pasien; (2) Balai pengobatan khusus; (3) Organisasi kesehtan yang
bergerak di bidang penyediaan pelayanan kesehatan curatif (diagnosis dan
penegobatan)
Dari arti kamus di atas dapat dikatakan bahwa klinik adalah istilah bidang rumah sakit
dan kedokteran tempat seseorang untuk memperoleh pengobatan dan saran-saran
agar lebih cepat sembuh dari penyakitnya. Di samping itu, klinik juga berarti kegiatan pelayanan pencegahan, dan pengobatan
berdasarkan langkah diagnosis.
Istilah Klinik
kalau diadopsi dalam bidang
pendidikan khususnya kegiatan pendampingan terhadap tim pengembang sekolah, Klinik
berarti kegiatan untuk mengobati penyakit (ketidakmampuan) tim pengembang
sekolah dalam mengerjakan sesuatu berdasarkan hasil diagnosis ( analisis) jenis penyakit (ketidakmampuan) tim
pengembang sekolahtersebut. Dengan demikian diharapkan jenis perlakuan yang diberikan
sesuai dengan jenis ketidakmampuannya.
3.
Hakikat Brains Storming
Padanan istilah Bahasa Indonesia untuk istilah brains storming kurang lebih adalah
curah pendapat, tukar pikiran, atau curah gagasan. Dengan demikian dapat
dikatakan bahwa brain storming adalah
curah pendapat dan tukar pikiran tentang sesuatu untuk mendapatkan sebuah solusi.
Peserta dalam kegiatan brain storming adalah sejajar tidak ada
pihak yang merasa tinggi sehingga merasa bangga hati dan tidak ada yang merasa
rendah sehingga minder. Mereka
manyadari dengan segala kekurangan dan kelebihannya. Mereka akan saling
menutupi kelemahan dan melengkapi kelebihan masing-masing yang kemudian
berujung pada peningkatan kempauan mereka.
Suasana dalam kegiatan brain storming
adalah suasana informal, santai, dan
nyaman. Tidak sekat psikologis antar peserta, sehingga ketika ada peserta belum
memahamai tentang suatu hal mereka dengan tanpa ragu dan canggung untuk
bertanya, demikian sebaliknnya peserta yang mengerti akan dengan senang hati
untuk berbagi tentang kemampuannya.
C.
PEMBAHASAN MASALAH
1. Hasil
Kegiatan Sebelumnya
Berdasarkan
temuan dan analisis hasil supervisi penulis
terkait dengan kurikulum sekolah didapatkan data bahwa:
a.
Kurikulum sekolah hasil Copy Paste kurikulum sekolah Lain;
b.
Kurikulum sekolah tidak melewati analisis
Swot;
c.
Kurikulum sekolah Ttdak sesuai dengan
karakter dan konteks sekolah dan daerah;
d.
Kemampuan TPS dalam mengembangkan
kurikulum sekolah masih lemah
Setelah di analisis di asumsikan bahwa selama ini tim
pengembang sekolah belum pernah dibimbing dan didampingi dalam membuat
kurikulum sekolah, adaikata ada pendampingan para pengawas hanya memberi materi
secara ceramah, tidak ditindaklanjuti dengan unjuk kerja. Materi Ceramahnya pun
tentang pembuatan kurikulum secara umum, bukan bagian–bagian yang kurikulum
yang masih menjadi masalah bagi tim pengembang sekolahd alam hal cara
membuatnya.
2. Strategi
Pemecahan Masalah
a.
Alasan pemilihan strategi pemecahan masalah
Strategi
pendampingan klinis dan brains
strorming antartim pengembang sekolah dipilih dengan berbagai pertimbangan,
yaitu:
1)
Agar perlakuan yang diberikan sesuai kebutuhan dan
tepat sasaran. Perlakuan yang berangkat melalui langkah diagnostik dan analisis kebutuhan
akan lebih sepesifik sesuai kebutuhan
dan akan mampu menyelesaikan permasalahan.
2)
Tim
pengembang sekolah adalah komunitas orang
dewasa maka bentuk pembelajaran yang dipilih adalah pembelajaran untuk orang
dewasa atau andragogi. Orang dewasa
pasti memliki barbagai pengalaman. Orang dewasa lebih suka pada situasi
informal dan kekluargaan. Maka dengan berbagai pengalamannya yang dimiliki
orang dewasa akan saling membantu dalam penyelasaian masalah. Tentu dengan situasi informal.
b.
Deskripsi Strategi Pemecahan Masalah
Langkah
pertama dalam pendampingan ini yaitu mendiagnosis
untuk menindentifikasi masalah yang
di alami oleh tim pengembang sekolah dalam merevisi kurikulum sekolah. Hasil
identifikasi masalah didaftar dan analisis mana masalah yang mendesak untuk
segera diselesaikan dan mencari penyebab masalah tersebut. Setelah penyebab
masalahnya diketahui baru dicarikan perlakuan yang dimungkinkan mampu
menyelesaikan masalah.
Langkah
kedua mengiformasikan masalah dan penyebab masalah ke pada kepala sekolah.
Kemudian tim pengembang sekolah lain melakukan curah gagasan untuk bersama
mencari jalan keluar.
c.
Tahapan Operasional Pelaksanaan Siklus Satu
1)
Berkunjung ke
sekolah binaan
2)
Mencermati
kurikulum sekolah
3)
Diskusi
dengan tim pengembang sekolahtentang kurikulum sekolah
4)
Memberi
instrumen evaluasi kurikulum sekolah
5)
Bersama tim
pengembang sekolahdan tim pengembang sekolah melakukan refleksi dan diagnosis
dimana kelebihan dan kekurangan kurikulum sekolah yang sudah ada;
6)
Bersama tim
pengembang sekolahdan tim pengembanga mencari penyebab dari kekurangan dan
kelebihan kurikulum sekolah;
7)
Bersama tim
pengembang sekolahdan tim pengembang mencari alternatif tindakan untuk menutupi kekurangan dan mengembangkan
kelebihan kurikulum sekolah.
8)
Bersama tim
pengembang sekolahdan tim pengembang merevisi kurikulum sekolah
9)
Bersama tim
pengembang sekolahdan tim pengembang merefleksi hasi revisi untuk mencari
kekurangan yang ada pada kurikulum sekolah. Hasil dari refleksi
direkomendasikan untuk langkah perbaikan pada revisi berikutnya.
d.
Tahapan Operasional Pelaksanaan Siklus Dua
1)
Menukarkan
hasil revisi kurikulum suatu sekolah ke sekolah berbeda tetapi serumpun dan
berkarakter daerah sama untuk di koreksi oleh tim pengembang sekolahdan tim
pengembang sekolahnya.
2)
Tim
pengembang sekolahdan tim penegmbang kurikulum sekolah pengoreksi
mengidentifikasi, menganalisis, dan memberikan rekomendasi terhadap kurikulum
tersebut.
3)
Semua kepala
dan tim pengembang sekolah berkumpul untuk melakukan curah pendapat ( brains
Storming) terkait kurikulum sekolah.
4)
Tim pengembang
sekolahdan tim pengembang sekolah merivisi kurikulum sekolah
5)
Pengawas
mengevaluasi dan menvalidasi
3.
Pembahasan
Pendampingan klinis dan brains storming antar tim pengembang sekolah mampu
meningkatkan kemampuan tim pengembang sekolah dalam merevisi kurikulum sekolah.
Hal ini dimungkinkan perlakuan yang
diberikan sesuai kebutuhan dan tepat sasaran. Perlakuan yang berangkat melalui
langkah diagnostik dan analisis kebutuhan akan lebih sepesifik sesuai kebutuhan
dan akan mampu menyelesaikan permasalahan.
Tim pengembang sekolah adalah komunitas orang dewasa maka bentuk
pembelajaran yang dipilih adalah pembelajaran untuk orang dewasa atau andragogi. Orang dewasa pasti memliki berbagai
pengalaman. Orang dewasa lebih suka pada situasi informal dan kekluargaan. Maka dengan berbagai pengalamannya yang
dimiliki orang dewasa akan saling membantu dalam penyelasaian masalah. Tentu
denga situasi informal.
D.
SIMPULAN DAN REKOMENDASI
1. Simpulan
Pendampingan klinis
dan brains storming antar tim pengembang sekolah mampu meningkatkan
kemampuan tim pengembang sekolah dalam merevisi kurikulum sekolah
2. Rekomendasi.
Pendekatan dan teknik kepengawasan klinis dan brain storming ini dapat
digunakan untuk mendampingi saat tim
pengembang sekolah merevisi kurikulum sekolah agar kurikulumnya sesuai panduan
BNSP dan karakter sekolah dan daerah.
No comments:
Post a Comment